Majas Antropomorfisme
Secara etimologis, istilah "antropomorfisme" berasal dari kombinasi bahasa Yunani kata Ανθρωπος (anthropos), "manusia" dan μορφή (morphe), "bentuk" atau "bentuk".
Majas antropomorfisme adalah metafora yang mengatribusikan karakteristik manusia kepada entitas selain manusia, seperti misal alam, tumbuhan, pohon, fenomena, negara, konsep abstrak, obyek, angin, hujan atau matahari. Dengan menggunakan majas antropomorfisme, entitas bukan manusia tersebut diceritakan seolah-olah berbicara, berpikir, bersikap, bertingkah laku, merasa, dan bertindak seperti manusia, meski tentu entitas tersebut dalam makna harfiah tidak seperti manusia. Dengan kata lain, majas antropomorfisme adalah interpretasi terhadap entitas bukan manusia dengan menggunakan istilah-istilah manusia atau dengan menggunakan istilah-istilah karakteristik manusia yang dikenal manusia agar entitas bukan manusia tersebut dapat lebih mudah dipahami oleh manusia.
Sebagai suatu metafora, majas antropomorfisme sebenarnya menggunakan perbandingan analogi sebagai inti pokok logikanya dengan tidak menyertakan kata-kata pembanding seperti misal "bagai", "bagaikan", "ibarat", "seperti", "seumpama", "bak", "laksana", "umpama", dsj.
Majas antropomorfisme sangat produktif sekali penggunaannya dalam kitab-kitab suci (termasuk Alkitab dan Al Qur'an) untuk menceritakan mengenai Tuhan — konsep abstrak entitas non manusia yang mustahil dapat dipahati (terlebih dihayati) bila tidak diceritakan dengan menggunakan majas antropomorfisme. Contoh penggunaan majas antropomorfisme untuk Tuhan meliputi pensifatan (atribusi) Tuhan yang dikisahkan melihat, mendengar, cemburu, setia, mengetahui, adil, bijaksana, bersemayam, mendekat, sabar, pengasih, penyayang, berbicara/ berfirman, perkasa, dsb.
0 komentar:
Posting Komentar