Rabu, 17 November 2010

Pekan Raya

Seorang gadis dari desa pergi ke kota mengunjungi pekan raya. Parasnya molek. Wajahnya mengandung seri bunga Bakung dan Mawar. Rambutnya bak matahari senja. Fajar bagai merekah pada bibirnya.

Begitu muncul gadis desa yang cantik itu, dalam sekejap mata pemuda-pemuda mendekat dan mengerumuninya. Ada yang ingin menari dengannya, ada yang ingin memotong kue untuk menghormatinya. Dan semua ingin mencium pipinya. Bukankah itu dalam pekan raya?

Tapi gadis itu kaget dan terhenyak; ia berprasangka buruk terhadap pemuda-pemuda itu. Ia memaki-maki, bahkan menampar muka satu dua orang, lalu lari menjauh.

Dalam perjalanan pulang malam itu, ia berkata dalam hati, "Aku muak. Laki-laki tak sopan dan kurang ajar. Sialan!"

Setahun lewat sudah, dan selama itu gadis yang amat molek itu sering terkenang akan pekan raya dan anak-anak muda. Maka pergilah ia berkunjung lagi ke pekan raya, dengan wajah mengandung seri bunga Bakung dan Mawar, rambut bak matahari senja, dan fajar merekah pada bibir.

Tapi anak-anak muda yang melihatnya langsung berpaling muka. Sepanjang hari, gadis itu tak ada yang mendekatinya sehingga kesepian.

Sore itu, sepanjang jalan pulang, ia menangis dalam hati, "Aku muak. Laki-laki tak sopan dan kurangajar. Sialan." (Khalil Gibran)

Read more...

Selasa, 16 November 2010

Orang Ketiga Pengamat

Direktori

Pencerita berfungsi sebagai pengamat terhadap pemunculan pada pelaku serta tidak tahu mengenai apa yang ada dalam batin para pelaku atau tahu apa yang ada dalam batin pelaku hanya sampai batas tertentu (tidak serba tahu). Sebagai seorang peninjau/ pengamat, dia hanya menceritakan dalam batas yang terindra (teramati mata, terdengar telinga, dsb). Cerita mengenai suasana batin lebih terbatas. Pencerita mengisahkan tokoh-tokoh dalam kisahnya menggunakan kata ganti orang ketiga ("ia", "dia", "mereka") atau nama.

Bahkan andai pun cerita yang disampaikanya adalah kisah nyata dan si pencerita terlibat langsung di dalam kejadian sesungguhnya yang diceritakannya, si pencerita tetap akan menggunakan kata ganti "dia" untuk dirinya sendiri atau menyebut namanya seolah-olah dia sedang menceritakan orang lain, meski sebenarnya dia sedang menceritakan dirinya sendiri.

Sudut pandang ini adalah sudut pandang yang terbatas, karena apa yang disampaikan terbatas pada apa yang teramati oleh indera dan pada suasana batin yang diceritakan pun hanya sampai batas-batas tertentu, tidak seleluasa sudut pandang maha tahu.

Contoh sudut pandang ini dapat kita temukan pada cerita-cerita yang diangkat dari kisah nyata yang ditulis oleh si pelaku kisah nyata itu sendiri, misal "Sayap-Sayap Patah" karya Khalil Gibran.

Read more...

Orang Ketiga Maha Tahu

Direktori

Pengarang menjadi pengamat dari para pelaku, tetapi juga merupakan pengisah yang serba tahu, termasuk tahu apa yang ada dalam pikiran orang-orang yang diceritakannya. Pengisah menyebut nama-nama pelaku dengan menggunakan kata ganti orang ketiga ("ia", "dia", "mereka"). Dia bisa berada di dalam cerita sebagai orang ketiga tapi bisa juga berada di luar cerita seperti seorang dalang.

Dia tidak terlibat secara langsung dalam keseluruhan satuan dan jalinan cerita, tapi dia tahu segala sesuatu mengenai pelaku, maupun kemungkinan kadar nasib yang bakal dialami para pelaku. Narator jenis ini dapat menceritakan apa yang ada dalam batin pelaku (sudut pandang maha tahu), tapi bisa juga tidak (sudut pandang obyektif).

Contoh penggunaan sudut pandang ini adalah "Opera van Java". Narator (Parto) selaku dalang sering menggunakan teknik bercerita ini. Kadang menempatkan diri di luar cerita, tapi terkadang menempatkan diri di dalam cerita sebagai tokoh yang terkesan tak penting (tambahan).

Read more...

Orang Pertama Pengamat

Direktori

Pencerita tidak menjadi tokoh utama. Dia berada dalam cerita tapi hanya sebagai tokoh tambahan. Melalui mata si tokoh tambahan ini pembaca diajak untuk melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita. Suasana batin yang diceritakan sebatas si "aku", sedangkan suasana batin tokoh lain terbatas.

Read more...

Orang Pertama Maha Tahu

Direktori

Pencerita juga berfungsi sebagai pelaku cerita sehingga menjadi penutur yang serba tahu tentang apa yang ada dalam benak pelaku utama dan apa yang ada pada benak para pelaku yang lain, baik secara fisik maupun psikologis. Itulah sebabnya disebut Pencerita Maha Tahu. Dalam sudut pandang ini, pencerita menyebut pelaku utama dengan menggunakan kata ganti orang pertama ("saya", "aku", dsj).

Contoh penggunaan sudut pandang ini antara lain pada cerpen-cerpen remaja.

Read more...

Sudut Pandang Penceritaan

(Serial Unsur Intrinsik Teknik Bercerita, Unsur Intrinsik Sastra)


Narator
Omniscient (Maha Tahu)
Observer (Pengamat)
Orang pertama ("Aku", Saya")

Orang Pertama Pengamat

Orang ketiga ("dia", "mereka", nama)

Orang Ketiga Maha Tahu, disebut juga narrator observer omniscient

Orang Ketiga Pengamat

Read more...

Minggu, 14 November 2010

be held back a class=tinggal kelas, tidak naik kelas

Contoh:


  1. I live in England, where being held back a class is extremely rare, particulary in state schools (non-paying schools).

    Saya tinggal di Inggris, dimana sangat jarang terjadi kejadian tinggal kelas (tak naik kelas), khususnya di sekolah-sekolah negeri (sekolah gratis).

  2. I can't remember exactly what his punishment was, but he lost rank and got held back a class in school.

    Aku tak dapat ingat persisnya apa hukumannya, tapi dia kehilangan ranking kelasnya dan tinggal kelas di sekolah.


Read more...

About Me

Foto saya
Bermula dari ngobrol-ngobrol biasa/ santai tentang berbagai topik antar beberapa teman. Lalu komunitas orang ngobrol itu disebut lingkar studi alias (Study Cycle 'Siklus Belajar'). Ketika beberapa teman itu tersebar ke berbagai daerah akibat pekerjaan dan tidak lagi bisa bertemu di darat, maka internet menjadi pilihan untuk melanjutkan obrolan. Pertama-tama di friendster, lalu facebook, dan situs-situs lain. Karena kesibukan kerja, blog menjadi pilihan utama, mengingat kelebihannya sebagai ajang diskusi yang tidak real time. Lalu, orang-orang yang berminat membaca obrolan dan diskusi pun bertambah, sehingga member dan friend lingkar studi bertambah, bahkan termasuk dari luar negeri. Meski demikian, komunitas ini tidak pernah menjadi organisasi, karena sifatnya sebagai ajang ngobrol ide dan pemahaman melalui blog dan comment, juga forum dan chatting, tidak berubah.

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP